Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Trawl

Alat Tangkap Trawl

BAB I
PENDAHULUAN

Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik“ atau pun “mengelilingi seraya menarik“. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik”, tapi karena hampir semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik, maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata ”trawl” saja (Fiqrin, 2012).
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal (baca :kapal dalam keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar” (Fiqrin, 2012).
Pukat udang merupakan hasil modifikasi dari pukat harimau, sebagaimana telah diketahui bahwa pengoperasian pukat harimau dibeberapa daerah telah dilarang antara lain laut Jawa, Sumatera dan Bali sedangkan dibeberapa daerah lainnya jumlahnya dikurangi atau dibatasi (Chandra Nainggolan, 2007)
Berdasarkan Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 85 tahun 1982 tentang penggunaan pukat udang yang dimana dioperasikan di lautAru, Key, Irian Jaya, Tanimbar danlaut Arafura dengan batas koordinat 130000’00” keTimur, karena di tempat tersebut merupakan tempat yang cocok untuk pukat udang dioperasikan (Chandra Nainggolan, 2007).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kapal Pukat Udang
Berdasarkan segi operasinya dikenal ada tiga jenis trawl, yaitu sebagai berikut:
1. Stern trawl, yaitu trawl yang pada waktu operasinya ditarik pada sisi kapal.
2. Side trawl, yaitu trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal.
3. Double rig trawl, yaitu trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang pada kedua lambung kapal.
Kapal-kapal trawl cenderung lebih banyak memakai cara Sterntrawl sungguhpun kapal-kapal Sidetrawl masih ada juga yang beroperasi. (Mallawa, et. al., 2004).
Kapal yang juga digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap trawl cukup bervariasi baik ukuran, bentuk serta bahan yang digunakan. Ukuran kapal cukup beragam mulai dari 15 GT sampai yang mencapai lebih dari 1000 GT. Kapal trawl ada juga yang terbuat dari kayu, (umumnya kapal kecil) dan dari baja (umumnya kapal yang berukuran besar). Konstruksi kapal trawl bervariasi dengan jenis dan pengoperasian alat tangkap, yaitu Sterntrawl dan Double rig trawl (Nainggolan Chandra, 2007).
Kapal trawl pada umumnya memiliki persyaratan khusus, sehingga dapat mengoperasikan alat tangkap dengan baik sebagai berikut:
 Memilikigeladakburitan yang luas
 Memiliki tenaga mesin utama yang besar
 Mampu mengolah gerak dengan baik dan lincah.

2.2 Alat Tangkap Trawl
Alattangkaptrawl dianggap sebagai pengembangan lanjutan dari jaring kantong (Bagnet) ditarik, dredge dan Beamtrawl. Ketiga alat tangkap ini dioperasikan khusus untuk menangkap biota dasar laut atau sekurang-kurangnya didekat dasar perairan. Pentingnya metode penangkapan ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa trawl telah dikembangkan dalam berbagai variasi dan yang berukuran kecil, “Baby trawl” hingga yang terbesar yang memiliki bukaan mulut yang lebih tinggi dari rumah yang harus ditarik oleh kapal yang bertenaga tinggi. Akhir abad 19 yang lalu, trawl dalam berbagai khusus merupakan suatu metode penangkapan ikan yang membutuhkan energi tinggi untuk menariknya pada kecepatan kapal yang cukup (Ardidja Supardi, 2000).
Efisiensi trawl akan ditingkatkan sebanding dengan ukuran alat, semakin besar alat juga mengandung arti memerlukan energi yang lebih besar, sebaliknya semakin besar trawl akan memerlukan kapal yang bertenaga besar agar ekonomis, hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam pengembangan lanjutan yang diiringi dengan semakin meningkatnya bahan-bahan bakar. (Ardidja Supardi, 2000).


2.3 Sejarah Alat Tangkap Trawl
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an (periode setelah proklamasi kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asalmula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.

2.4 Bagian-bagian Alat Tangkap Trawl

2.4.1 Tali Ris Atas
Tali ris atas biasa disebut juga dengan Head rope. Tali ris atas trawl umumnya terbuat dari baja yang dibalut dengan benang (Compaud tape) pada tali ris atas dipasang pelampung yang berbentuk bola. Jumlah dan ukurannya tergantung dari besarnya alat tangkap. Jumlah pelampung serta cara penyusunannya pada tali ris atas akan sangat berpengaruh pada bentuk pembukaan mulut jaring ketika dioperasikan di laut. Ukuran alat tangkap sering digunakan dengan panjang atau pendeknya tali ris atas maupun tali ris bawah dari trawl. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.2 Tali Ris Bawah
Tali ris bawah ini disebut dengan Ground rope atau Foot rope. Tali ris bawah trawl biasanya terbuat dari kawat baja yang dibalut benang. Umumnya bahan tali ris bawah sama dengan tali ris atas, dimana pada tali ris bawah dipasang pemberat yang berfungsi memberi gaya vertikal ke bawah untuk membuka mulut jaring.
Pemberat yang digunakan pada pukat udang adalah rantai atau logam. Fungsi rantai sebagai pemberat juga merupakan alat pengejut dan pengaduk lumpur di dasar perairan sehingga udang-udang yang bersembunyi di lumpur keluar dan dapat ditangkap oleh pukat udang. Bahan yang digunakan sebagai pemberat adalah campuran logam dan karet, bahan-bahan campuiran ini juga disebut sebagai gelondongan karet yang berbentuk seperti bola atau silinder (bobbin).
Perbedaan yang sangat mencolok antara pukat ikan dan pukat udang adalah penggunaan pemberat atau tali ris bawah di mata pukat udang menggunakan rantai atau logam lain sedangkan pada pukat ikan menggunakan bobbin (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.3 Sayap (Wing)
Sayap biasanya juga disebut sebagai wing. Sayap adalah bagian dari jaring (lembaran jaring) yang ada di sisi kiri dan kanan badan jaring, sayap trawl pada umumnya lebih menjorok kedepan jika dibandingkan dengan posisi mulut jaring. Fungsi sayap adalah untuk menggiring ikan atau udang yang akan ditangkap agar dapat masuk kedalam mulut jaring. Sayap juga berfungsi untuk menghubungkan jaring dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board), ukuran mata jaring (Mesh size) yang digunakan pada sayap biasanya lebih besar dari ukuran mata jaring yang digunakan pada badan jaring (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.4 Badan Jaring
Badan jaring adalah bagian alat tangkap yang terdapat antara sayap dengan kantong atau mulai dari mulut jaring sampai dengan kantong. Badan jaring terdiri dari dua bagian utama yaitu punggung dan perut jaring. Pukat udang biasanya pada badan jaring dibagian belakang dipasang Alat Pemisah Ikan (API) atau sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED). Ukuran mata jaring pada bagian badan jaring lebih besar dari ukuran mata jaring pada bagian kantong (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.5 Kantong (Cod end)
Kantong adalah bagian jaring yang paling belakang (ujung), kantong disebut juga sebagai kantong (Cod end). Kantong berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan yang masuk ke dalam jaring. Ukuran mata jaring pada bagian kantong pada umumnya adalah yang paling kecil dibandingkan ukuran mata jaring bagian lain, namun ukuran benang yang digunakan untuk membuat kantong pada umumnya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada bagian jaring lainnya. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.6 Papan Pembuka Mulut Jaring (Otterboard)
Papan pembuka mulut jaring (Otter board) adalah peralatan yang membantu untuk membuka mulut trawl terbuka pada saat alat dioperasikan (ditarik oleh kapal), karena memberikan gaya horizontal ke sisi luar mulut jaring. Satu unit alat tangkap trawl menggunakan sepasang papan pembuka mulut jaring (Otter board) di sayap kiri dan sayap kanan trawl.
Prinsip kerja papan pembuka mulut jaring(Otter board) pada dasarnya sama dengan layangan di udara, layangan naik ke udara karena adanya gaya yang dibebankan oleh angin, sedangkan pada papan pembuka mulut jaring(Otter board) karena adanya tekanan gaya akibat “gerakan air laut” yang disebabkan oleh bergeraknya papan pembuka mulut jaring (Otter board) di dalam air yang ditarik kapal yang mengoperasikan alat tangkap trawl.
Papan pembuka mulut jaring (Otter board) terbuat dari papan atau baja. Alat tangkap yang berukuran relatif besar (Head rope lebih besar dari 20 m), pada umumnya menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari baja dan ukuran papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang digunakan relatif besar. Alat tangkap trawl yang berukuran relatif kecil masih banyak yang menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari kayu (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.7 TaliPenarik (Warp)
Tali penarik (warp) adalah tali yang menghubungkan antara alat tangkap dan kapal pada saat alat tangkap trawl dioperasikan. Tali yang digunakan biasa terbuat dari serat alami, bahan sintetis atau dari baja talipenarik (warp). Dewasa ini, pada kapal trawl yang terbuat dari baja pada umumnya menggunakan tali penarik (warp) yang terbuat dari baja untuk menarik alat tangkap, karena memiliki kekuatan putus (Breaking strength) yang lebih besar dibandingkan dari bahan serat alami atau sintesis. Kapal trawl yang terbuat dari kayu umumnya menggunakan tali dari bahan sintesis.
Kapal trawl pada umumnya, tali penarik dihubungkan (digulung dan diulur) oleh Trawl winch, yang menggunakan sistem tenaga hidrolik untuk menurunkan dan menaikan alat tangkap trawl dari dalam perairan ke atas geladak kapal. Tali penarik (warp)dari Trawl winch diikatkan pada masing-masing papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terdapat pada kedua sayap alat tangkap trawl (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.8 Net Pendant (Bridle line)
Net pendant (Bridle line) adalah tali atau warp yang menghubungkan antara jaring dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board). Net pendant (Bridle line) pada umumnya terbuat dari baja dan ukurannya lebih kecil dari diameter tali penarik (warp) yang digunakan. Panjang net pendant (jarak antara jaring dan Otterboard) sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal lainnya, namun pada umumnya lebih dari 20 m (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.9 Alat Pemisah Ikan (API)
Alat Pemisah Ikan (API) dan sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED) adalah suatu alat yang dipasang untuk memisahkan dan mengeluarkan dari dalam jaring biota laut jenis tertentu, misalnya seperti kura-kura, dapat keluar dari trawl meskipun sudah masuk ke badan jaring pada saat alat tangkap dioperasikan di laut. Alat Pemisah Ikan (API) pada dasarnya bukan bagian dari alat tangkap trawl namun sebagai alat tambahan. Alat Pemisah Ikan (API) pada umumnya terbuat dari kerangka besi yang dirancang secara khusus, dipasang pada badan alat tangkap trawl di bagian belakang (Nainggolan Chandra, 2007).




2.5 Daerah Penangkapan (Fishing ground)
Trawl adalah alat tangkap yang aktif, dimana kapal yang menarik alat tangkap bergerak mengejar ikan sehingga masuk ke dalam jaring, oleh karena itu kecepatan kapal dalam menarik alat tangkap pada umumnya adalah lebih besar dari kecepatan renang rata-rata ikan yang tertangkap, disamping itu bentuk alat tangkap trawl dirancang secara khusus sehingga memiliki sayap yang menggiring target kearah mulut jaring atau mencegah ikan lari ke arah samping (sisi kiri dan kanan alat tangkap).
Alat tangkap trawl dapat dioperasikan disekitar pantai atau pun diperairan yang jauh dari pantai. Umumnya alat tangkap trawl dapat dioperasikan pada berbagai kedalaman yaitu:
1. Disekitar permukaan menggunakan pukatpermukaan (Surface trawl)
2. Dipertengahan perairan dengan pukat pertengahan (Mid water trawl)
3. Disekitar dasar atau di dasar perairan menggunakan pukat dasar (Bottom trawl).
Dasar perairan yang menjadi daerah penangkapan ikan pada alat tangkap trawl adalah:
1. Bukan daerah berkarang
2. Khusus untuk terutama pukat dasar (Bottom trawl) relatif ditandai dengan pertukaran dasar perairan tidak bergelombang atau berbukit-bukit, tidak berkarang dan memiliki dasar pasir, lumpur atau campuran antara ke duanya.
Keberhasilan dalam menentukan daerah penangkapan untuk trawl sangat berkaitan erat dengan pengetahuan akan ruaya (migrasi) ikan. Pengetahuan mengenai biologi, oceanografi dan sifat-sifat serta kebiasaan hidup ikan atau udang yang menjadi target tangkapan upaya menentukan Fishing ground yang baik biasanya menggunakan berbagai alat Bantu, baik yang sifatnya untuk mencari gerombolan ikan (alat deteksi di dalam air seperti Fish finder atau Sonar) ataupun alat bantu yang digunakan untuk mengetahui kondisi perairan yang disukai oleh target tangkapan (Nainggolan Chandra, 2007).



2.6 Persiapan Operasi Penangkapan
Persiapan operasi alat tangkap trawl dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan ketika kapal masih berada di pelabuhan sebelum kapal berangkat ke laut.
2. Persiapan operasi penangkapan kapal sudah berada di laut sesaat sebelum alat tangkap digunakan.(Nainggolan Chandra, 2007).

2.6.1 Penurunan Alat Tangkap (Setting)
Kegiatan Penurunan alat tangkap(setting) dilakukan di geladak belakang, sebelum alat tangkap diturunkan ke air terlebih dahulu diperiksa kedalaman perairan, Penentuan kedalaman perairan ditentukan berdasarkan panjang tali penarik (warp) yang digunakan biasanya berkisar antara tiga sampai lima kali kedalaman perairan dimana alat tangkap tersebut dioperasikan. Pemeriksaan kedalaman bisa dilakukan melalui peta laut atau yang lebih akurat lagi dengan menggunakan Echo sounder dan Fish finder (Nainggolan Chandra, 2007).
Penurunan alat tangkap (setting) kedalam perairan diawali dengan menurunkan trawl secara perlahan ke air dari buritan kapal. Bagian yang pertama diturunkan adalah bagian kantong, perut dan terakhir sayap. Waktu saat penurunan alat tangkap (setting), kapal memiliki laju dan kecepatan kapal 1-2 knot. Proses penurunan alat tangkap (setting) kapal tidak boleh berhenti atau melakukan gerakan mundur jika kapal berhenti dan melakukan mesin mundur maka jaring akan masuk ke dalam baling-baling kapal dan akan merusak jaring. Papan pembuka mulut jaring (Otter board) diturunkan secara perlahan-lahan dengan cara mengarea tali penarik (warp) dengan menggunakan Trawlwinch. Tali penarik (warp) diarea sampai panjang tali penarik (warp) yang telah sesuai dengan yang dikehendaki, setelah itu Trawlwinch dikunci agar panjang tali penarik (warp) tidak berubah dan kecepatan kapal tidak berubah (Nainggolan Chandra, 2007).

2.6.2 Penarikan Alat Tangkap (Towing)
Penarikan alat tangkap (towing) adalah lamanya alat tangkap dalam perairan setelah proses penurunan alat tangkap (setting) selesai. Lamanyapenarikan alat tangkap (towing) berkisar antara dua sampai tiga jam dengan haluan kapal yang telah ditentukan terlebih dahulu. Waktu saat penarikan alat tangkap (towing), haluan maupun kecepatan kapal dapat diubah, disamping itu panjang tali penarik (warp) yang digunakan untuk mengoperasikan trawl juga dapat diubah, diperpanjang dan diperpendek. Perubahan panjang tali penarik (warp) umumnya disesuaikan dengan perubahan kedalaman perairan selama penarikan alat tangkap(towing) (Nainggolan Chandra, 2007).
Kapal yang mengoperasikan pukat udang ganda (Double shrimp trawl) pada umumnya adalah Bottomtrawl, disamping menggunakan alat pendeteksi ikan seperti Fishfinder pada umumnya menggunakan alat tangkap ketiga, sering disebut sebagai Jaring uji coba(Try net)dimana ukurannya lebih kecil dari pada trawl. Jaring ujicoba (Try net)digunakan untuk indikator hasil tangkapan pada trawl yang digunakan. Jaring uji coba (Try net)dipasang diantara kedua jaring trawl yang dioperasikan oleh kapal pukat udang ganda(Doubleshrimptrawl). Jangka waktu tertentu, misalnya setiap 30-45 menit Jaring uji coba (Try net)dinaikan ke atas geladak kapal untuk dicek jumlah udang yang tertangkap pada Jaring uji coba (Try net)semakin banyak maka semakin banyak pula hasil tangkapan yang ada pada trawl yang dioperasikan. Banyaknya hasil tangkapan udang pada Jaring uji coba (Try net) kerap digunakan untuk menentukan kapan penarikan alat tangkap (towing) dihentikan dan alat tangkapdinaikan ke atas deck kapal (Nainggolan Chandra, 2007)

2.6.3 Menaikan Alat Tangkap (Hauling)
Menaikan alat tangkap (hauling) adalah kegiatan penarikan alat tangkap ke atas deck kapal setelah penarikan alat tangkap (towing) dilakukan, beberapa lamanya. Menaikan alat tangkap (hauling) kecepatan kapal dikurangi atau diturunkan dan trawl secara perlahan ditarik ke atas kapal. Penarikan alat tangkap trawl dilakukan dengan cara menarik tali penarik (warp) yang dilaksanakan oleh Trawlwinch. Tahapanmenaikan alat tangkap (hauling)dapatdikelompokkanmenjadi:
1. Penarikan tali penarik (warp) sehingga papan pembuka mulut jaring (Otterboard) berada di kapal
2. Penarikan seluruh jaring trawl ke atas geladak
Pengeluaran hasil tangkapan dari kantong trawl ke geladak kapal (Nainggolan Chandra, 2007)

2.7 Hasil Tangkapan Trawl
Kelompok target tangkapan trawl dibagi menjadi dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasil tangkapan pukat udang (Shrimp trawl). Pukat udang adalah trawl yang dirancang untuk menangkap berbagai jenis udang, oleh karena itu pukat udang (Shrimp trawl) selalu dioperasikan di dasar perairan. Udang pada dasarnya bersembunyi pada lumpur dan pasir yang berada di dasar perairan, oleh karena itu pemberat pada pukatu dang biasany dirancang khusus dan menggunakan bahan logam (banyak yang menggunakan rantai) sehingga dapat mengaduk dan mengejutkan udang yang berada dalam lumpur. Akibat adanya pengadukan lumpur, udang keluar dari persembunyiannya sehingga dapat ditangkap dan masuk kedalam mulut trawl. Jenis-jenis udang yang tertangkap menggunakan pukat udang yaitu udang windu, udang penaud, udang krosok, udang jerak, udang jaka, udang bunga, udang dogol dan udang bireng (Nainggolan Chandra, 2007).

2.8 Penanganan Hasil Tangkapan Udang
Penanganan hasil tangkapan udang dilakukan dengan tujuan agar mutu hasil tangkapan tetap baik. Penanganan hasil tangkapan tersebut dilakukan dengan cara menurunkan suhu udang (sampai udang beku) yang bertujuan untuk memperpanjang waktu penyimpanan sehingga udang tetap bermutu baik dalam waktu yang relatif lama. (Nainggolan Chandra, 2007).
Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
1. Menjaga agar tubuh udang tidak menjadi rusak dan tidak memar.
2. Bekerja dengan cepat agar sebelum proses penurunan mutu berlangsung, udang sudah berada diruang suhu rendah
3. Bekerja pada suhu rendah dan sedapat mungkin udang yang sedang ditangani terkena sinar matahari.
4. Segera menurunkan suhu tubuh udang agar proses penurunan mutu bisa di
minimalkan atau dihambat. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.8.1 Tahapan Penanganan Hasil Tangkapan Udang
Penanganan hasil tangkapan dimulai sejak alat tangkap trawl dinaikan ke atas kapal sampai hasil tangkapan disimpan dalam palka. Tahapan penanganan yaitu:
1. Mengangkat jaring bersama hasil tangkapan dari air ke geladak kapal dan mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam kantong.
Alat tangkap diangkat dari air ke atas kapal, maka jaring dan kantong yang berisi hasil tangkapan akan langsung ditumpahkan di atas dek kapal, setelah selesai hasil tangkapan ditumpahkan, maka mulut dari kantong akan diikat kembali untuk melakukan penurunan alat tangkap (setting) lagi. Proses penurunan alat tangkap (setting) berlangsung, maka langsung pula kegiatan penyortiran hasil tangkapan yang berada di atas dek kapal, (Nainggolan Chandra, 2007).
2. Sortasi, Mencuci, Menyiangi dan Pengepakan Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan trawl baik oleh pukat udang maupun pukat ikan terdiri dari berbagai ukuran dan beragam jenisnya (kecuali untuk Mid wate trawl dan Surface trawl yang dioperasikan di perairan subtropis dimana jenis ikan yang tertangkap biasanya adalah satu jenis dengan ukuran yang relatif sama) karena jenis dan ukuran ikan beragam dilakukan sortasi untuk mengelompokkan ikan menurut jenis dan ukurannya. Hasil tangkapan selesai disortir selanjutnya dilakukan pencucian dan penimbangan. Hasil tangkapan ikan disusun dalam wadah khusus, biasanya tiap wadah berisi ikan seberat 5-10 Kg, sedangkan untuk hasil tangkapan udang biasanya 2 Kg, 5 Kg atau 10 Kg/wadah. Ikan atau udang yang disusun dalam wadah dimasukan ke dalam pendingin untuk diturunkan suhunya atau dibekukan, disamping itu sesuai dengan permintaan pasar ada jenis ikan tertentu yang terlebih dahulu disiangi atau dipotong-potong (filet) sebelum didinginkan, (Nainggolan Chandra, 2007).
3. Menurunkan suhu (mendinginkan) udang secara cepat
Kapal Traw lmodern pada umumnya melakukan penurunan suhu udang secara cepat dilakukan dengan menggunakan unit pendingin (Contact freezer). Proses penggunaan dengan unit pendingin (Contact freezer) yang baik dalam waktu sekitar tiga samapi empat jam ikan atau udang di dalam wadah sudah membeku dan dapat disimpan dalam palka. Kapal yang relatif sederhana atau tradisional pendinginan hasil tangkapan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan es. (Nainggolan Chandra, 2007).
4. Menyimpan hasil tangkapan di dalam palka.
Ikan atau udang yang sudah dibekukan dalam unit pendingin (Contact freezer) selanjutnya siap disimpan dalam palka. Fungsi palka pada prinsipnya adalah menjaga agar suhu ikan atau udang tetap rendah atau menurunkan suhu hasil tangkapan lebih rendah lagi secara perlahan-lahan. Ikan atau udang yang sudah beku disimpan dalam palka, terlebih dahulu dimasukan ke dalam kartonbesar (Master carton) yang sudah diberi label yang antara lain menginformasikan jenis ikan atau udang, berat dan informasi lain sesuai dengan kebutuhan pasar. Hasil tangkapan yang sudah dikemas dalam kartonbesar (Master carton) siap untuk dipasarkan, (Nainggolan Chandra, 2007).

2.9 Hal-hal yang Mempengaruhi Kegagalan Operasi Penangkapan
Padasaatoperasi, dapatterjadihal-hal yang dapatmenggagalkanoperasiantara lain:
• Warp terlalupanjangatau speed terlalulambatataujugahal lain makajaringakanmengeruk Lumpur
• Jaringtersangkutpadakarang/bangkaikapal
• Jaring atau tali temali tergulung pada crew
• Warp putus
• Otter board tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lumpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
• Hilang keseimbangan, misalnya otter board yang sepihakbergerakkearahpihak yang lainnya lalu tergulung kejaring
• Ubur-ubur, kerang-kerangandan lain-lain penuh masuk kedalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisiikan lagi.
• Dan lain sebagainnya.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan dari makalah inia dalah sebagai berikut :
• Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik“ ataupun “mengelilingi seraya menarik“.
• Bagian-bagian trawl terdiri dar tali ris atas, tali ris bawah, sayap, badan jaring, kantong, otter board, tali penarik, net pendant dan Alat Pemisah Ikan (API).
• Operasi penangkapan pada alat tangkap terdiri dari tiga tahap yaitu penurunan alat tangkap (Setting), penarikan alat tangkap (Towing) dan menaikan alat tangkap (Hauling).

• Kelompok target tangkapan trawl dibagimenjadi dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasiltang kapan pukat udang (Shrimp trawl).
 
sumber :http://davidkaubanase.blogspot.com/2012/03/alat-tangkap-trawl.html 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gill net


Gill Net


2.1.  Pengertian Gill Net
Gill net atau sering disebut juga sebagai “jaring insang”.  Istilah gill net di dasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gill net” terjerat di sekitar operculumnya pada mata jaring.  Dalam bahasa jepang, gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net, ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di indonesia, penanaman gill net ini ber aneka ragam, ada yang menyebutnya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring karo, jaring udang, dan sebagainya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang bayeman), dan sebagainya (Ayodhyoa, 1981).
Pengertian dari jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana mata jaring dari bagian utama ukurannya sama, jumlah mata jaring ke arah panjang atau ke arah horisontal (Mesh Length (ML)) jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal atau ke arah dalam (Mesh Dept (MD)), pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan di bagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Sadhori, 1985).
Warna jaring pada gill net harus disesuaikan dengan warna perairan tempat gill net dioperasikan, kadang dipergunakan bahan yang transparan seperti monofilament agar jaring tersebut tidak dapat dilihat oleh ikan bila dipasang diperairan (Sadhori, 1985).


2.2.  Klasifikasi Gill Net
Menurut Sudirman, (2004) berdasarkan kontruksinya, jaring insang dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu berdasarkan jumlah lembar jaring utama dan cara pemasangan tali ris. Klasifikasi berdasarkan jumlah lembar jaring utama ialah sebagai berikut:
1.  Jaring insang satu lembar (Single Gill Net)
Jaring insang satu lembar adalah jaring insang yang jaring utamanya terdiri dari hanya satu jaaring, tinggi jaring ke arah dalam atau mesh depth dan ke arah panjang atau mesh length disesuaikan dengan target tangkapan, daerah penangkapan, dan metode pengoperasian.
2.  Jaring insang double lembar (Double Gill Net atau Semi Trammel Net)
Jaring insang dua lembar adalah jaring insang yang jaring utamanya terdiri dari dua lembar jaring, ukuran mata jaring dan tinggi jaring dari masing-masing lembar jaring, bisa sama atau berbeda antara satu dengan yang lainnya.
3.  Jaring insang tiga lembar (Trammel Net)
Jaring insang tiga lembar adalah jaring insang yang jaring utamanya terdiri dari tiga lembar jaring, yaitu dua lembar jaring bagian luar (outter net) dan satu lembar jaring bagian dalam (inner net).
Sedangkan menurut Sadhori (1985), berdasarkan kontruksi dari cara pemasangan tali ris, jaring insang dibagi ke dalam 4 (empat) jenis yaitu:
1.  Pemasangan jaring utama bagian atas dengan tali ris atas dan jaring utama bagian bawah dengan tali ris bawah disambungkan secara langsung.
2.  Jaring utama bagian atas disambungkan secara langsung dengan tali ris atas dan bagian jaring utama bagian bawah disambungkan melalui tali penggantung (hanging twine) dengan tali ris bawah.
3.  Pemasangan jaring utama bagian atas dengan tali ris atas disambungkan melalui tali penggantung dan bagian bawah dari jaring utama disambungkan secara langsung dengan tali ris bawah.
4.  Jaring utama bagian atas dengan tali ris atas dan bagian jaring utama bagian bawah dengan tali ris bawah disambungkan melalui tali penggantung.
Penamaan gill net berdasarkan cara operasi ataupun kedudukan jaring dalam perairan maka Ayodhyoa (1981))membedakan antara:
1.   Surface Gill Net
Pada salah satu ujung jaring ataupun pada kedua ujungnya diikatkan tali jangkar, sehingga letak (posisi) jaring jadi tertentu oleh letak jangkar. Beberapa piece digabungkan menjadi satu, dan jumlah piece harus disesuaikan dengan keadaan fishing ground. Float line (tali pelampung, tali ris atas) akan berada di permukaan air (sea surface). Dengan begitu arah rentangan dengan arah arus, angin dan sebagainya akan dapat terlihat.
Gerakan turun naik dari gelombang akan menyebabkan pula gerakan turun naik dari pelampung, kemudian gerakan ini akan ditularkan ke tubuh jaring. Jika irama gerakan ini tidak seimbang, juga tension yang disebabkan float line juga besar, ditambah oleh pengaruh-pengaruh lainnya. Kemungkinan akan terjadi peristiwa the rolling up of gill net yaitu peristiwa dimana tubuh jaring tidak lagi terentang lebar, jaring tidak berfungsi lagi sebagai penghalang/penjerat ikan.
2.    Bottom Gill Net
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, sehingga letak jaring akan tertentu. Hal ini sering disebut set bottom gill net. Jaring ini direntangkan dekat dengan dasar laut, sehingga dinamakan bottom gill net, berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan demersal. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera/bertanda yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring.
Pada umumnya yang menjadi fishing ground adalah daerah pantai, teluk, muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap dapat berbagai jenis, misalnya hering, cod, flat fish, halbut, mackerel, yellow tail, sea bream, udang, lobster dan sebagainya.
3.    Drift Gill Net
Sering juga disebut dengan drift net saja, atau ada juga yang memberi nama lebih jelas misalnya ”salmon drift gill net”, atau ”salmon drift trammel net”, dan ada pula yang menerjemahkannya ”jaring hanyut”.
Posisi jaring ini tidak ditentukan oleh adanya jangkar, tetapi bergerak hanyut bebas mengikuti arah gerakan arus. Pada satu pihak dari ujung jaring diletakkan tali, dan tali ini dihubungkan dengan kapal, gerakan hanyut dari kapal sedikit banyak juga dapat mempengaruhi posisi jaring. Selain dari gaya-gaya arus, gelombang, maka kekuatan angin juga akan mempengaruhi keadaan hanyut jaring.
Drift gill net juga dapat digunakan untuk mengejar gerombolan ikan, dan merupakan alat penangkap yang penting untuk perikanan laut bebas. Karena posisinya tidak ditentukan oleh jangkar, maka pengaruh dari kekuatan arus terhadap tubuh jaring dapat diabaikan. Gerakan jaring bersamaan dengan gerakan arus sehingga besarnya tahanan dari jaring terhadap arus dapat diabaikan.
Ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan antara lain saury, mackarel, flying fish, skip jack, tuna, salmon, hering, dan lain-lain.
4.    Encircling Gill Net atau Surrounding Gill Net
Gerombolan ikan dilingkari dengan jaring, antara lain digunakan untuk menghadang arah lari ikan. Supaya gerombolan ikan dapat dilingkari/ditangkap dengan sempurna, maka bentuk jaring sewaktu operasi ada yang berbentuk lingkaran, setengah lingkaran, bentuk huruf V atau U, bengkok-bengkok seperti alun gerombolan dan masih banyak jenisnya lagi.
          Ikan setelah terkurung dalam lingkaran jaring, dikejuti, sehingga ikan-ikan akan terjerat pada mata jaring. Tinggi jaring diusahakan sesuai dengan kedalaman perairan. Oleh sebab itu pada saat operasi keadaan pasang/surut perlulah diperhatikan. Alat tangkap ini juga banyak digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan-ikan yang hidup di perairan karang, yaitu dengan memasang alat tangkap di sekitar atau melingkari karang.
Pada praktikum laut Metode Penangkapan Ikan, apabila dilihat dari ciri-cirinya, gill net yang digunakan oleh kelompok kami adalah termasuk jenis  surface gill net. Gill net yang digunakan yaitu dengan keadaan yang hanyut di perairan, karena jaring insang yang berada pada permukaan air dengan bantuan oleh sejumlah pelampung, sehingga jaring ini hanyut bersama arus terpisah dari atau lebih sering bersama perahu yang memegang salah satu ujungnya.
2.3.  Metode dan Cara Pengoperasian Gill Net
2.3.1.  Metode dan cara pengoperasian gill net
Sebelum operasi penangkapan di mulai, semua peralatan dan perbekalan yang diperlukan untuk menangkap ikan dengan menggunakan gill net harus dipersiapkan dengan teliti. Jaring harus disusun di atas kapal dengan memisahkan antara pemberat dan pelampung supaya mudah menurunkannya dan tidak kusut. Metode operasi penangkapan ikan dengan menggunakan gill net dibagi menjadi tiga tahap, yaitu “setting”, “immersing”, dan “hauling” (Sadhori, 1985).
1.      Lama penebaran jaring “setting
Bila kapal telah mencapai di daerah penangkapan, segera persiapan penebaran jaring dimulai.
a.       Mula–mula posisi kapal ditempatkan sedemikian rupa agar arah angin datangnya dari tempat penurunan jaring.
b.      Setelah kedudukan atau posisi kapal sesuai dengan yang dikehendaki, jaring dapat diturunkan. Penurunan jaring dimulai dari penurunan pelampung tanda ujung jaring atau lampu kemudian tali selambar depan, lalu jaring dan yang terakhir kali selambar pada ujung akhir jaring atau selambar belakang yang biasanya terus di ikatkan pada kapal.
c.       Pada waktu penurunan jaring yang harus diperhatikan adalah arah arus laut, karena kedudukan jaring yang paling baik adalah memotong arus antara 450-900.
2.      Lama perendaman jaring “immersing
Gill net didiamkan terendam dalam perairan sampai kira–kira selama 3–5 jam.
3.      Lama penarikan jaring “hauling
Setelah jaring dibiarkan di dalam perairan selama ± 3–5 jam, jaring dapat di angkat (dinaikkan) ke atas kapal untuk diambil ikannya. Urutan penarikan jaring ini merupakan kebalikan dari urutan penebaran jaring, yaitu dimulai dari tali selambar belakang, baru jaring, tali selambar muka, dan terakhir pelampung tanda. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gill net umumnya dilakukan pada waktu malam hari (Waluyo, 1972).
Spesies ikan sasaran dari alat tangkap gill net adalah tetengkek (Megalacpis cordyla), ikan terbang (Cypselurus sp), ikan belanak (Mugil sp), ikan kuro (Polynemus sp), ikan alu–alu (Sphyraena sp), ikan tenggiri (Scromberomorus commersoni), dan lain-lain.
2.4.  Konstruksi Gill Net
2.4.1.  Konstruksi gill net


          Ayodhyoa (1974) menyatakan bahwa pada konstruksi umum, yang disebutkan dengan gill net ialah jaring yang berbentuk persegi panjang yang mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah mezh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mezh size pada arah panjang jaring. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah diletakkan pemberat (sinker). Dengan menggunakan gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju ke atas dan sinking force dari sinker diditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak menuju ke bawah, maka jaring akan terlentang. Detail konstruksi, kedua ujung jaring diikatkan pemberat. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring. Karakteristik, gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung yang terbuat dari plastik, pemberat pemberat yang terbuat dari timah, tali ris atas dan tali ris bawah yang bahannya terbuat dari plastik. Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.



sumber :http://makaira-indica.blogspot.com/2011/11/ii-gill-net.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Purse seine

PURSE SEINE


 
Definisi Purse SeinePurse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.

Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan.

Dalam paper ini akan dibahas purse seine dengan menggunakan 1 kapal.
 Sejarah Purse Seine
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai uatara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
 Prospektif Purse Seine
Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan utama jenis-jenis ikan pelagin (kembung, layang, banyar, tongkol, tenggiri, dan lain-lain).
 Karakteristik
Dengan menggunakan one boat sistem cara operasi menjadi lebih mudah. Pada operasi malam hari lebih mungkin menggunakan lampu untuk mengumpulkan ikan pada one boat sistem. Dengan one boat sistem memungkinkan pemakaian kapal lebih besar, dengan demikian area operasi menjadi lebih luas dan HP akan lebih besar, yang menyebabkan kecepatan melingkari gerombolan ikan juga akan lebih besar. Oleh sebab itu dapat dikatakan tipe one boat akan lebih ekonomis dan efisien jika kapal mekaniser, karena dengan menggunakan sistem mekaniser pekerjaan menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan dll pekerjaan di dek menjadi lebih mudah.
 Bahan dan Spesifikasinya
v Bagian jaring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
  1. jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
  2. jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
  3. jaring kantong, #3/4”
srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
v Tali temali
  1. tali pelampung.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
  1. tali ris atas.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
  1. tali ris bawah.
Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
  1. tali pemberat.
Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
  1. tali kolor bahan.
Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
  1. tali slambar
bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
v Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
v Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
v Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
B. Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll.
C. Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3) Kondisi laut bagus
Purse seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).
D. Alat Bantu Penangkapan
I. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
II. Rumpon
Rumpon merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes)
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.
E. Teknik Penangkapan (Sitting dan Moulting)
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
F. Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
1. Kecerahan Perairan
Transparasi air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.
2. Adanya gelombang
Angin dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
3. Sinar Bulan
Pada waktu purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
4. Musim
Untuk daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
5. Ikan dan Binatang Buas
Walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
6. Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak terlalu menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.
7. Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.
8. Kecepatan Menarik Purse Line
Purse line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.
 











sumber : http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/purse-seine/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS